Sabtu, 05 November 2011

AKU KALAH SAMA SI NENEK PENJUAL SAPU

Saat aku sedang mencari penjual kambil kurban yang murah, dengan membandingkan harga beberapa penjual kambing, saya temukan kambing yang paling bagus dan gemuk, saya mencoba nawar-nawar harganya, ehh … ternyata si penjual kambing tetap bertahan tak mau menggeser sedikitpun harga kambingnya…
Tiba-tiba datang seorang nenek tua, berusia 70 tahunan datang menanyakan harga kambing yang juga sedang saya tawar. Tanpa bicara banyak dan tanpa nawar harga langsung mengeluarkan uang dari dompetnya yang kusam dan membeli kambing  tersebut. 
Waduh keduluan si nenek ...... sambil terkagum sama si nenek, iseng-iseng saya tanya, "Buat apa kambingnya nek?" si nenek bilang kalau dia beli kambing mau ikut kurban. Terus saya tanya lagi, "Kok belinya sendiri, emangnya nggak ada anak atau saudara nenek yang mau disuruh untuk beli kambing.??? ‘
ehhh......, Ternyata si nenek udah lama hidup sebatang kara, dan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, beliau jualan sapu lidi yang dibuatnya sendiri dari pelepah daun kelapa.
Sambil mengelus dada saya berucap, "Subhanallah nek, nenek masih sanggup berkorban dari hasil jualan sapu lidi." Si nenek pun tersenyum dan ini satu hal yang nggak bisa saya lupakan, ternyata si nenek bukan saat ini saja berkorban, tapi sudah beberapa tahun ia selalu berkorban.
Beliau menabung setiap hari seribu-dua ribu rupiah, hasil menjual sapu lidi. Yang mengejutkan lagi si Nenek bilang, "Mas, gusti Allah sudah demikian sayang sama nenek, setiap hari Dia beri nenek nikmat-nikmat yang hanya dapat nenek hargai dengan beberapa ribu rupiah. Mas, kalau Dia memberi rezeki lebih, sebenarnya nenek ingin pergi haji, tapi Mas tahu sendiri ongkos ke sana mahal dan fisik nenek juga sudah nggak memungkinkan…
"Tapi Nek ...... kenapa Nenek beli kambing tanpa nawar seperti saya ?" tanyaku lagi. "Nenek tahu, gusti Allah Maha kaya tidak pernah lupa kasih duit sama nenek dan nggak pernah nawar rizki yang diberikan kepada nenek walau tidak banyak. Hanya ini yang bisa nenek korbankan untuk membalas setiap nikmat-Nya…"
Seketika saya terkesiap, tiba-tiba rasa malu muncul dan mengalir deras dalam hati saya, ternyata seorang nenek mau bersusah payah berkorban tiap tahun untuk membalas berjuta nikmat yang telah dilimpahkan-Nya tiap hari, sedang saya yang telah di beri rezeki lebih terkadang masih merasa sayang, bila harus membeli kambing untuk berkorban masih menawar harga dan takut kemahalan, padahal saya sadar berqurban bentuk pengorbanan kepada ALLAH.
"Apa yang sudah ku perbuat untuk Tuhanku?? sedangkan aku setiap hari berikrar bahwa aku mencintainya…??? dan bahkan setiap hari Tuhanku tetap memberikanku begitu banyak rezeki walau aku….. Astagfirullahaladziim….’
Bayangan dan kekhawatiran uangku berkurang , perlahan-lahan menghilang, berganti dengan bayangan gema Takbir saat begitu banyak orang-orang yang membeli kambing, domba dan sapi untuk di sembelih dengan menyebut asma Allah.
Allahu Akbar… Allahu Akbar… Allahu Akbar.. Laillahaillah Wallahuakbar…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar