Selasa, 21 Agustus 2012

MENANGISLAH UNTUK RAMADHAN YANG TELAH PERGI


Menangislah, jika itu bisa melapangkan gundah yang mengganjal sanubari.
Jika itu adalah ungkapan penyesalan bahwa Ramadhan telah pergi,
Tapi rasanya baru kemarin kami bertekad untuk menyempurnakan tarawih dan qiyamul lail, iya baru kemarin.

Menangislah karena Allah tak menjanjikan apa-apa untuk Ramadhan tahun depan apakah kami masih diikutsertakan pada Ramadhan tahun depan atau telah tertidur dibawah tumpukan tanah, sedangkan Ramadhan kali ini telah tiada, tersadar kami bahwa Ramadhan kali ini tersia-siakan. Menangislah untuk Ramadhan yang telah hilang. Biar butir bening itu jadi saksi penyesalan.

Ramadhan semakin berlari meninggalkan kami. Tarawih, sedekah, tilawah Qur’an, qiyamul lail, i’tikaf sudah tak mungkin lagi mewarnai hari-hari kami.

Ramadhan telah bergegas pergi, dan kami masih saja belum banyak berbuat…
Sungguh tak ada perpisahan yang tidak menyesakan dada
“Ya ALLAH, janganlah Engkau jadikan puasa ini yang terakhir dalam hidup kami. Seandainya ENGKAU berketetapan sebaliknya, maka jadikanlah puasa kami ini sebagai puasa yang dirahmati bukan yang hampa dan sunyi”

Sungguh saya tidak tahu apakah kami yang meninggalkan Ramadhan atau Ramadhan yang meninggalkan kami,

Yang kami rasa hanya ada kerinduan yang tersisa, rindu akan shalat shalat tarawih, mendengarkan bacaan Al Quran para imam tarawih, rindu tausiyah para ustad yang menyejukkan, rindu tadarrus Al Quran di shaf-shaf dan pojok-pojok masjid, rindu segera menyelesaikan tilawah pada setiap akhir juz, rindu melantunkan zikir sepanjang pagi sepanjang petang, rindu mereka yang berlomba menawarkan kebaikan, rindu perlombaan orang-orang bersedekah, berzakat fitrah dan zakat mal.

Sungguh rindu memperbanyak shalat-shalat sunnah, agar bisa bersama Rasul di syurga nanti, rindu menegakkan shalat malam, sahur dan berbuka puasa bersama, hal yang jarang kami lakukan berbuka bersama jika bukan Ramadhan, rindu berjuang untuk merasakan shalat khusuk, itikaf, muhasabah, meski masih bisa kami lakukan dimalam malam lain, namun beda rasanya di malam malam Ramadhan. Rindu detik-detik yang penuh rahmah sejak hilal 1 ramadhan sampai fajar 1 syawal, rindu malam malam bertabur ampunan siang dan senja bertabur rahmah dan kasih sayangmu ya ALLAH, rindu malam malam tanpa setan karena terbelenggu, rindu malam seribu bulan pembakar dosa dosa..

Ramadhan bergegas pergi, tersadar dan betapa malunya kami ketika pun ikut beramai mudik ke kampung, bergegas ke mall membeli baju lebaran, bergegas membeli bahan-bahan makanan dan kue lebaran, iya bergegas menyiapkan pesta bukan bergegas dengan ibadah demi kesempurnaan ibadah,

Ya ALLAH, ampuni kami, hambaMU yang tidak tahu diri, hadiah teragung yang engkau letakkan di pintu rumah kami, kami sisihkan dibalik pintu, kantong-kantong keberkatan dan pahala yang ENGKAU sediakan di akhir-akhir ramadhan kami sisihkan, kami lupakan karena kami sibuk menyiapkan kepergianMU dengan pesta…

Dan kini kami hanya Alumnus Universitas Ramadhan, semoga jiwa kami menjadi jiwa-jiwa yang akan terus bersemangat untuk meneruskan apa-apa yang kami lakukan selama Ramadhan, menjadi manusia yang menjadikan hari-hari di sebelas bulan esok adalah hari hari yang berkualitas dalam beribadah dan mampu menjaga stabilitas amal, sampai kemudian ALLAH menakdirkan untuk bertemu kembali pada Ramadhan berikutnya.

Selamat tinggal Ramadhan, semoga kami mampu menjadi Alumnus Ramadhan yang mumtaz dan cumlaude.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar